Rabu, 30 Juli 2025 07:45 WIB - Dilihat: 321
PALANGKA RAYA – Seputarkalimantan.id
Sebuah perjalanan ilmiah dan spiritual sekaligus berhasil dituntaskan oleh Tim Ekspedisi Bukit Raya 2025, yang terdiri atas 25 orang dari beragam latar belakang. Mereka menjejakkan kaki hingga ke Puncak Bukit Raya, gunung tertinggi di Kalimantan Tengah dengan ketinggian 2.278 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Tim gabungan ini terdiri dari perwakilan Universitas Palangka Raya (UPR), Bapperida Provinsi Kalteng, KPHP Katingan Hulu Unit XVII, Mapala Sylva Raya UPR, mahasiswa Jurusan Kehutanan UPR, dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Tumbang Habangoi, Kabupaten Katingan.
Bukit Raya, yang merupakan bagian dari Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR), terletak di jantung pegunungan Schwaner dan membentang di perbatasan Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat. Pendakian dilakukan melalui jalur alami dan sakral yang bermula dari Desa Tumbang Habangoi, Kecamatan Petak Malai, Kabupaten Katingan.
Ritual dan Riset: Menyatukan Ilmu dan Kearifan Lokal
Ekspedisi dimulai pada 20 Juli 2025, diawali dengan ritual adat “Minta Izin Mendaki” di Tumbang Habangoi. Ritual ini menjadi wujud penghormatan kepada leluhur, penjaga hutan, dan kekuatan alam yang diyakini menjaga kawasan Bukit Raya.
Selama perjalanan, tim melakukan berbagai kegiatan ilmiah seperti:
Pengumpulan data biodiversitas flora dan fauna;
Pemetaan jalur pendakian;
Penilaian potensi ekowisata berbasis konservasi.
Semua data ini akan dijadikan rujukan pengembangan kawasan Bukit Raya sebagai destinasi ekowisata berkelanjutan, dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai lokal.
Pada 24 Juli 2025, tepat di hari kelima, tim berhasil mencapai Puncak Bukit Raya dengan kondisi selamat. Dua hari kemudian, seluruh anggota tim kembali ke desa, menuntaskan perjalanan dengan mengikuti ritual “Memapas” sebuah prosesi penyucian diri yang dilakukan sebelum kembali memasuki kampung halaman.
Kolaborasi untuk Masa Depan Bukit Raya
Koordinator lapangan ekspedisi, Berdodi Martin Samuel, menyampaikan bahwa seluruh rangkaian kegiatan berlangsung lancar dan sesuai rencana.
“Tim berhasil mendokumentasikan informasi penting yang mendukung pengembangan jalur pendakian sebagai kawasan ekowisata berkelanjutan,” ujarnya, Selasa (29/7/2025).
Sementara itu, Dr. Renhart Jemi, S.Hut., M.P., sebagai Ketua Tim Studi, menegaskan bahwa hasil ekspedisi akan dipaparkan dalam Diskusi Publik yang dijadwalkan pada 14 Agustus 2025 di Kampus UPR.
“Kami ingin membuka ruang dialog bersama para pemangku kepentingan agar arah pengembangan Bukit Raya tetap selaras dengan semangat konservasi dan pemberdayaan masyarakat,” katanya.
Dukungan penuh juga datang dari Dr. Ir. Evi Veronica, MS, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UPR.
“Kegiatan ini membuktikan bahwa kolaborasi lintas sektor antara akademisi, pemerintah, masyarakat adat, dan generasi muda bisa menjadi motor penggerak konservasi dan pariwisata berbasis kearifan lokal,” jelasnya.
(A1)