Minggu, 20 Juli 2025 05:28 WIB - Dilihat: 64
PALANGKA RAYA – Seputarkalimantan.id
Sebuah langkah monumental dalam dunia pendidikan, konservasi, dan pengembangan wisata berbasis masyarakat lokal resmi dimulai. Universitas Palangka Raya (UPR) melepas Tim Ekspedisi Pendakian Bukit Raya pada Minggu pagi, 20 Juli 2025. Tim ini akan melakukan kajian mendalam potensi ekowisata di Desa Tumbang Habangoi, Kecamatan Petak Malai, Kabupaten Katingan sebuah kawasan yang menjadi gerbang menuju hutan hujan tropis Bukit Raya yang memukau.
Bertempat di halaman kantor LPPM UPR, seremoni pelepasan berlangsung hangat dan penuh semangat. Kegiatan ini menjadi bagian dari strategi besar dalam merancang model pengembangan wisata alam yang memadukan ilmu pengetahuan, pelestarian lingkungan, dan pemberdayaan masyarakat adat.
“Desa Tumbang Habangoi punya posisi yang sangat strategis. Kajian ini bukan sekadar penelitian, tapi fondasi untuk masa depan pariwisata berkelanjutan yang benar-benar melibatkan masyarakat lokal,” ujar Dr. Renhart Jemi, S.Hut., M.P, Koordinator Kegiatan dan akademisi UPR.
Ekspedisi ini digelar dalam dua fase. Tahap pertama yang berlangsung pada 8–11 Juli 2025 mencakup pemetaan potensi dan dialog dengan warga berbasis kearifan lokal. Sedangkan tahap kedua, 20–28 Juli 2025, merupakan misi pendakian dan observasi lapangan meliputi keanekaragaman hayati, kontur jalur, dan potensi edukatif kawasan.
“Ekspedisi ini menyusun jalur pendakian yang bukan hanya indah dan menantang, tetapi juga mengedukasi dan menjunjung etika lingkungan,” lanjut Renhart.
Dengan ketinggian mencapai 2.278 mdpl, Bukit Raya adalah salah satu puncak tertinggi di Kalimantan dan bagian dari Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR). Kawasan ini menjadi rumah bagi spesies endemik yang langka dan bernilai konservasi tinggi, menjadikannya aset ekologis luar biasa.
Ketua LPPM UPR, Dr. Ir. Evi Veronica, MS, secara resmi melepas tim ekspedisi dan menyampaikan apresiasi atas kolaborasi lintas lembaga yang luar biasa dalam proyek ini.
“Kami berharap tim kembali dengan selamat dan membawa data yang bisa menjadi pijakan untuk rekomendasi kebijakan yang bermanfaat bagi daerah dan bangsa,” tuturnya.
Tim ekspedisi merupakan kolaborasi antarlembaga, melibatkan UPR, BAPPERIDA Provinsi Kalteng, Yayasan Jaga Jantung Kalimantan, WWF Indonesia, KPH Katingan Hulu, mahasiswa, komunitas lokal, dan kelompok sadar wisata (Pokdarwis).
Menurut Berdodi Martin Samuel dari Yayasan Jaga Jantung Kalimantan, pengembangan Bukit Raya tak bisa dilepaskan dari dimensi spiritual dan budaya masyarakat adat Dayak.
“Bukit Raya bukan hanya gunung, tetapi ruang hidup dan warisan leluhur. Keberhasilan konservasi tidak mungkin tanpa menjadikan masyarakat adat sebagai pusat dari seluruh proses,” tegasnya.
Dalam semangat menjaga harmoni antara manusia dan alam, ekspedisi ini bukan sekadar petualangan ilmiah melainkan tonggak sejarah bagi Kalimantan Tengah dalam merintis ekowisata yang inklusif, lestari, dan berbasis jati diri lokal.
Sebagai penutup, hasil kajian ini akan dituangkan dalam dokumen rekomendasi kebijakan untuk pemerintah daerah dan dijadikan bahan edukasi serta promosi wisata berkelanjutan. Sebuah langkah visioner dari UPR dan para mitranya untuk membawa Kalimantan Tengah menuju panggung dunia melalui ekowisata yang bermartabat.
(A1/Red)