Sabtu, 2 Agustus 2025 09:25 WIB - Dilihat: 347
Palangka Raya – Seputarkalimantan.id
Suara anak-anak yang tertawa di kelas adalah hal biasa. Tapi di SDN 4 Palangka, suara itu punya makna lebih dalam. Di sana, anak-anak dengan berbagai latar belakang termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus belajar bersama, tumbuh bersama, dan dihargai setara. Inilah wajah nyata pendidikan inklusif yang sedang diperjuangkan banyak pihak di Kalimantan Tengah.
Sabtu, 2 Agustus 2025, Program Studi Agribisnis Universitas Palangka Raya (UPR) bersama SDN 4 Palangka dan mitra lintas sektor lainnya menggelar kegiatan “Sosialisasi Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif yang Aman, Ramah, dan Menyenangkan Bagi Semua Peserta Didik” di Aula PPIIG UPR, lantai 6. Kegiatan ini adalah bagian dari program Pengabdian kepada Masyarakat berbasis kolaborasi yang ingin memastikan tidak ada satu pun anak yang tertinggal dalam ruang pendidikan.
“Agribisnis mungkin bukan dunia pendidikan secara langsung, tapi kami percaya bahwa pendidikan yang baik harus didukung oleh semua sektor,” ungkap Dr. Betrixia Barbara, SP., M.Si., Sekretaris Prodi Agribisnis UPR. “Kita bisa ciptakan ekosistem belajar yang adaptif dan memberdayakan, bahkan dari dunia pertanian.”
Lebih dari 150 peserta hadir secara hybrid, terdiri dari guru, kepala sekolah, dosen, mahasiswa, pemerhati pendidikan, hingga komunitas orang tua dari berbagai daerah di Kalimantan Tengah. Mereka berkumpul dengan semangat yang sama: ingin memastikan bahwa semua anak apa pun kondisi fisik, intelektual, atau emosionalnya punya tempat yang aman dan nyaman untuk belajar.
SDN 4 Palangka, Sekolah dengan Hati yang Terbuka
Dari sekitar 180 siswa yang belajar di SDN 4 Palangka, ada 24 anak berkebutuhan khusus (ABK) yang mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas reguler. Tidak ada diskriminasi. Tidak ada pengucilan.
“Kami membuka pintu untuk semua anak. Tapi kami tidak bisa bekerja sendiri. Kami butuh pagar pengaman, halaman edukatif, media belajar yang sesua, Dan yang paling penting, kami butuh dukungan semua pihak,” ujar Dr. Hartani, S.Pd., M.Pd., Kepala SDN 4 Palangka, dengan mata berbinar.
Sekolah bukan hanya soal kurikulum dan nilai. Ia adalah rumah kedua, tempat anak merasa aman untuk bertanya, bermain, gagal, dan kembali mencoba. Di sekolah inklusif, keberagaman bukan hambatan melainkan kekuatan.
Pemerintah, Akademisi, dan Komunitas Bergerak Bersama
Kegiatan ini juga menghadirkan dua narasumber penting: Jayani, S.Pd., M.Si., Kepala Dinas Pendidikan Kota Palangka Raya, dan Dr. Utomo, M.Pd., dosen Pendidikan Khusus Universitas Lambung Mangkurat. Keduanya membagikan perspektif kebijakan, tantangan di lapangan, dan praktik terbaik dari berbagai daerah.
Pendidikan inklusif bukan sekadar slogan. Ia adalah panggilan moral dan kebijakan konkret yang harus didorong bersama. Sekolah umum harus kembali menjadi ruang pendidikan untuk semua, tanpa segregasi.
Selain Prodi Agribisnis UPR dan SDN 4 Palangka, kegiatan ini juga mendapat dukungan dari Fakultas Dharma Acarya IAHN Palangka Raya, Fakultas Ilmu Sosial dan Keagamaan Kristen IAKN Palangka Raya, Komunitas Orang Tua ABK SDN 4 Palangka, serta Komunitas Belajar SDN 1 Menteng.
Karena Setiap Anak Punya Hak untuk Tumbuh dan Bermimpi
Langkah kecil seperti sosialisasi ini mungkin tak langsung mengubah segalanya. Tapi ia adalah benih dari perubahan besar. Ketika kampus, sekolah, pemerintah, dan komunitas duduk bersama untuk mendengarkan dan bertindak itulah saatnya harapan tumbuh.
Pendidikan inklusif bukan milik satu golongan. Ia adalah milik kita semua. Dan Palangka Raya, hari ini, telah menunjukkan bahwa perubahan dimulai dari kolaborasi, dan dari hati.
(A1)