Panen di Atas Gambut: Saat Tani Bersuara, Ketahanan Pangan Menjawab

Selasa, 24 Juni 2025 09:51 WIB - Dilihat: 36

IMG_20250624_202519

Palangka Raya – Seputarkalimantan.id

Di tengah karakter tanah gambut yang dikenal sulit ditaklukkan, sekelompok petani di Jalan Alson II, Palangka Raya, justru membalikkan anggapan. Mereka bukan hanya bercocok tanam mereka membangun harapan. Senin (23/6/2025), Kelompok Tani Makmur Sembada memanen padi, bukan sekadar hasil tani, tapi simbol dari ketekunan, kolaborasi, dan keyakinan bahwa ketahanan pangan bisa dimulai dari rumah sendiri.

Panen ini menjadi saksi bisu sebuah proses panjang yang tak ringan. Turut hadir dalam kegiatan tersebut, Ketua Bidang Penguatan Ketahanan Keluarga TP PKK Kota Palangka Raya, Merty Ilona, yang menyampaikan apresiasi tulus bagi para petani.

“Apa yang kita saksikan hari ini bukan hanya panen padi. Ini panen semangat, panen keberanian untuk menghadapi keterbatasan, dan panen kerja sama antara rakyat dan pemerintah,” ucap Merty penuh makna.

Merty menyoroti bahwa pertanian di tanah gambut seringkali dianggap mustahil untuk dikelola secara produktif. Namun, Makmur Sembada membuktikan bahwa dengan tekad dan pendampingan yang tepat, lahan yang keras sekalipun bisa melunak oleh tangan yang bekerja dengan ikhlas.

“Ini bukan hanya tentang hasil pertanian, ini tentang bukti bahwa kita bisa mandiri, bahwa ketahanan pangan bukan mimpi jika kita mau bergerak,” tegasnya.

Tak berhenti di situ, Merty juga mengajak generasi muda untuk berhenti memandang pertanian sebagai pekerjaan masa lalu. Di tengah dunia yang terus berubah, pertanian kini adalah medan strategis bukan hanya untuk bertahan hidup, tapi untuk menciptakan masa depan.

“Anak-anak muda harus tahu, bertani itu keren. Bertani itu bukan lagi soal cangkul dan lumpur, tapi soal inovasi, teknologi, dan peluang. Jika mereka mau turun tangan, kita bisa melompat lebih jauh dari sekadar panen musiman,” tambahnya.

Ia berharap gerakan seperti ini tak berhenti di ladang yang sama, tetapi menjalar ke sudut-sudut kota dan desa lainnya. Karena sejatinya, kekuatan pangan bangsa lahir dari tangan-tangan yang setia mengolah bumi, bukan hanya dari kebijakan yang tertulis di atas kertas.

(A1/Mc)

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini

error: Content is protected !!