Sabtu, 23 Agustus 2025 01:12 WIB - Dilihat: 78
Palangka Raya — Seputarkalimantan.id
Suasana Kalawa Convention Hall, Palangka Raya, Jumat (22/8/2025), berubah menjadi panggung sejarah. Ratusan tokoh adat, pejabat tinggi, hingga delegasi lintas negara menyatu dalam Pumpung Hai Borneo (The Great Borneos Assembly), sebuah pertemuan akbar yang menyuarakan martabat Dayak sekaligus masa depan Kalimantan.
Gubernur Kalimantan Tengah (Kalteng) H. Agustiar Sabran yang membuka seminar bertaraf internasional itu tampil tegas. Ia menegaskan komitmen pemerintah untuk melindungi eksistensi Masyarakat Adat Dayak, bukan sekadar simbol budaya, melainkan fondasi peradaban Kalimantan.
“Perjanjian Damai Tumbang Anoi 1894 adalah tonggak sejarah kita. Semangat itu harus terus menyala, agar Dayak dan Kalimantan tidak hanya berdiri tegak di tanah sendiri, tetapi juga diakui dunia sebagai penjaga bumi, hutan, dan peradaban,” seru Agustiar, disambut tepuk tangan meriah peserta.
Tak berhenti di soal sejarah, Gubernur menohok isu strategis: keadilan fiskal bagi daerah penghasil sumber daya alam. “Kita harus bersatu menyuarakan kepentingan Kalimantan. Hasil kekayaan alam tidak boleh hanya mengalir keluar, tetapi harus kembali pada rakyat Kalimantan. Inilah perjuangan kita bersama!” tegasnya.
Momen makin menggelegar saat lima gubernur se-Kalimantan duduk satu meja dalam panel strategis. Pemandangan itu menjadi simbol persaudaraan sekaligus tekad bersama memperjuangkan dana bagi hasil dari pertambangan, kehutanan, dan perkebunan. Sebuah gambaran nyata: Kalimantan tidak lagi berjalan sendiri-sendiri, melainkan bergerak sebagai satu kekuatan besar.
Kegiatan ditutup dengan penandatanganan kesepakatan bersama. Dokumen itu bukan sekadar formalitas, melainkan komitmen nyata memperkuat posisi Masyarakat Adat Dayak dan menempatkan Kalimantan sebagai pusat ekonomi nasional sekaligus pusat kebudayaan Dayak yang mendunia.
Kehadiran tokoh-tokoh penting menambah bobot acara ini. Dari Ketua Komisi Kejaksaan RI Fujiono Suandi, Wakil Gubernur Kalteng H. Edy Pratowo, anggota DPD RI Agustin Teras Narang, Presiden Majelis Adat Dayak Nasional Marthin Billa, hingga Presiden Borneo Dayak Forum Jeffrey G. Kitingan, serta delegasi Malaysia (Sabah & Serawak) dan Brunei Darussalam. Semua berpadu dalam satu pesan lantang: Dayak bukanlah masa lalu, Dayak adalah masa depan Borneo dan dunia.
(A1/Mmc)