Kamis, 24 Juli 2025 09:48 WIB - Dilihat: 67
Palangka Raya – Seputarkalimantan.id
Asap kembali menyergap langit Kota Palangka Raya. Musim kemarau yang baru menginjak awal, namun bara sudah menjalar ke berbagai titik. Hingga 23 Juli 2025, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palangka Raya mencatat sedikitnya 36 kejadian kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) dengan luas lahan yang terbakar mencapai 12,14 hektare.
Kepala Bidang Kesiapsiagaan Bencana BPBD Kota Palangka Raya, Heri Fauzi, mengungkapkan bahwa pihaknya tak tinggal diam menghadapi potensi bencana ini. “Kami terus lakukan patroli rutin dan penyuluhan ke wilayah rawan. Masyarakat harus sadar, sedikit kelalaian bisa menyebabkan api melahap habis lahan dan meracuni udara kota,” ujarnya serius, Kamis (24/7) .
Menurut Heri, medan yang dihadapi tim di lapangan sangat beragam. Ada lokasi kebakaran yang mudah dijangkau di pinggir jalan, namun tak sedikit pula yang tersembunyi jauh di tengah belantara. “Kami menggunakan alat penyedot air portabel, memanfaatkan sumber air terdekat agar api bisa cepat dikendalikan. Tapi semua bergantung pada kecepatan informasi dan laporan warga,” katanya.
Peringatan keras pun disampaikan Heri kepada warga: jangan membuka lahan dengan cara membakar. “Ini bukan hanya soal peraturan. Ini soal nyawa dan masa depan kota kita. Partisipasi aktif masyarakat adalah kunci.”
Sementara itu, Kepala BMKG Palangka Raya, Agung Sudiono Abadi, memperingatkan bahwa wilayah Kalimantan Tengah kini resmi memasuki musim kemarau, dengan puncaknya diprediksi terjadi pada Agustus 2025.
“Musim kering adalah musim berbahaya bagi lahan gambut dan semak belukar. Cukup satu putung rokok dari tangan iseng, satu percikan api kecil dan kita akan melihat lahan terbakar berhektar-hektar,” tegas Agung. Ia bahkan menyebut 99,9 persen Karhutla disebabkan oleh manusia, bukan faktor alam.
Dari data BPBD, Kecamatan Jekan Raya mencatat kejadian terbanyak dengan 17 titik kebakaran, disusul Sebangau dengan 13 kejadian. Kecamatan Bukit Batu juga ikut terdampak, sementara Pahandut dan Rakumpit masih nihil.
Ancaman nyata Karhutla ini mengingatkan kita bahwa bencana tak selalu datang tiba-tiba kadang, ia diciptakan oleh tangan-tangan yang tak bertanggung jawab. Palangka Raya butuh mata yang awas, telinga yang tanggap, dan aksi cepat dari semua pihak sebelum api menguasai musim ini.
(A1)