Rabu, 2 Juli 2025 09:26 WIB - Dilihat: 247
Palangka Raya – Seputarkalimantan.id
Di tengah gegap gempita dunia digital, masih ada 376 desa dan kelurahan di Kalimantan Tengah yang hidup dalam sunyi: tanpa sinyal, tanpa internet, tanpa akses ke dunia luar. Di tengah sunyi itu, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah menggelar sebuah gerakan senyap tapi bermakna besar: menerangi pedalaman dengan sinyal, menghadirkan keadilan digital bagi mereka yang selama ini terpinggirkan.
Plt. Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, Persandian, dan Statistik (Diskominfosantik) Kalteng, Rangga Lesmana, mengungkapkan bahwa penyediaan sarana internet merupakan bagian vital dari program prioritas Gubernur dan Wakil Gubernur Kalteng dalam bingkai besar Program HUMA BETANG. Bukan sekadar pembangunan infrastruktur, tetapi misi sosial untuk meretas sekat ketimpangan akses informasi.
“Harapannya sederhana tapi dalam: semua masyarakat Kalteng tanpa kecuali harus bisa terhubung ke internet, termasuk saudara-saudara kita di pedalaman,” ujar Rangga dalam rapat bersama seluruh Kepala Diskominfo kabupaten/kota se-Kalteng, Selasa (1/7/2025), di Aula Kanderang Tingang, Palangka Raya.
Dari Hening ke Terhubung: 376 Titik Sunyi di Tengah Hutan
Rangga membeberkan data mencengangkan: sebanyak 376 desa/kelurahan masih dalam kondisi blankspot alias gelap sinyal. Mereka tersebar di 91 kecamatan di 11 kabupaten dan satu kota. Desa-desa itu bukan sekadar angka, melainkan titik-titik hidup yang selama ini terputus dari arus utama pembangunan digital.
Kabupaten Gunung Mas tercatat memiliki 50 desa yang belum tersentuh jaringan internet, diikuti Seruyan (55 desa), Lamandau (45 desa), Murung Raya (44 desa), dan Barito Timur (39 desa). Bahkan, Palangka Raya, ibu kota provinsi, menyumbang 11 kelurahan yang masih gelap sinyal.
Starlink Menembus Langit Kalteng
Solusinya? Pemerintah Provinsi Kalteng memilih teknologi satelit canggih: Starlink. Hingga akhir Juni 2025, sebanyak 202 perangkat Starlink telah aktif di desa/kelurahan. Sisanya, 18 unit masih belum aktif, dan 149 perangkat tengah dalam proses distribusi.
Namun perjuangan ini tak mudah. “Kami menghadapi medan berat. Ada yang tak bisa dijangkau kendaraan, ada perangkat desa yang tak hadir, bahkan ada penolakan dari warga. Kadang tak ada SDM yang bisa diajari cara pakainya,” ungkap Rangga dengan nada prihatin namun optimis.
Targetnya ambisius sekaligus mulia: pada minggu pertama Agustus 2025, seluruh 376 titik harus sudah online. Cahaya digital akan menembus gelapnya Desa-Desa di Kalimantan Tengah.
Lebih dari Sekadar Sinyal: Ini tentang Keadilan
Langkah ini tak berhenti di kantor desa. Pemprov Kalteng melalui APBD Perubahan 2025 bahkan mengusulkan tambahan 500 unit Starlink untuk sekolah-sekolah dasar, posyandu, posbindu, hingga fasilitas publik lainnya. Tujuannya jelas: agar pendidikan, layanan kesehatan, dan pelayanan dasar tak lagi terhalang tembok digital.
“Program ini bukan proyek biasa. Ini tentang keberpihakan. Tentang bagaimana negara hadir di tempat yang paling sunyi,” tutur Rangga.
Diskominfosantik Kalteng juga telah mengirim surat resmi kepada seluruh Diskominfo kabupaten/kota untuk memperbarui data wilayah yang masih mengalami kesulitan akses jaringan. Surat itu menjadi pijakan penting dalam tahap selanjutnya distribusi dan pemasangan perangkat.
Harapan: Dari Desa ke Dunia
Saat dunia semakin terkoneksi, Kalimantan Tengah tak ingin membiarkan sebagian warganya tertinggal dalam senyap. Lewat perangkat kecil bernama Starlink, dan kerja besar bernama tekad, Pemprov Kalteng sedang menulis kisah baru: tentang keadilan digital dari desa ke dunia.
“Yang kita lakukan hari ini bukan hanya memasang internet. Kita sedang membuka jendela dunia untuk anak-anak di pedalaman desa,” pungkas Rangga.
(A1)
Sumber : MMC Kltg