Jumat, 27 Juni 2025 06:56 WIB - Dilihat: 33
Palangka Raya — Seputarkalimantan.id
Di era ketika jari-jari lebih sering menyentuh layar ketimbang lembaran kertas, muncul pertanyaan yang tak terhindarkan: masihkah buku relevan di tengah arus digitalisasi yang nyaris tak terbendung? Pertanyaan inilah yang menjadi tema dalam Bimbingan Teknis (Bimtek) Literasi Informasi yang digelar Pemerintah Kota Palangka Raya melalui Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispursip), Kamis (26/6/2025), di Aula Kasanang Atei.
Sebanyak 50 peserta dari beragam latar belakang pustakawan, guru, tenaga perpustakaan, hingga penggiat literasi berkumpul dalam forum yang tak sekadar diskusi, tapi menjadi ruang perenungan akan nasib literasi di negeri ini.
Dispursip menghadirkan narasumber profesional dari berbagai institusi: Balai Guru dan Tenaga Kependidikan (BGTK) Provinsi Kalimantan Tengah, Perpustakaan Poltekkes Kemenkes Palangka Raya, hingga praktisi media dari TVRI Kalteng. Mereka membedah isu krusial: bagaimana menavigasi informasi yang membanjiri kehidupan kita saban hari.
Kepala Dispursip Kota Palangka Raya, Yohn Benhur G Pangaribuan, dalam sambutannya menyampaikan bahwa tantangan literasi kini jauh lebih kompleks dibandingkan sekadar kemampuan membaca dan menulis.
“Literasi informasi hari ini adalah tentang kemampuan menilai validitas, kredibilitas, dan relevansi informasi dari berbagai sumber, terutama digital. Masyarakat harus dibekali kemampuan berpikir kritis agar tidak menjadi korban misinformasi,” tegas Yohn.
Menurutnya, banjir informasi yang tidak disaring dengan baik justru bisa menyesatkan. Di sinilah peran penting pustakawan, guru, dan penggiat literasi bukan hanya sebagai penyedia buku, tapi penjaga gerbang pengetahuan yang benar dan bertanggung jawab.
Dalam forum ini, tak hanya dibicarakan soal buku dan teknologi, tetapi juga masa depan perpustakaan itu sendiri. Sebab perpustakaan di era digital tidak lagi bisa hanya menjadi gudang buku. Ia harus hidup, dinamis, dan mampu menjawab kebutuhan zaman.
“Kami ingin membuktikan bahwa buku dan teknologi bukan dua kutub yang bertentangan. Justru perpustakaan masa kini harus memadukan keduanya agar tetap relevan dan menjadi pusat pembelajaran sepanjang hayat,” ujar Yohn dengan penuh keyakinan.
Dispursip berharap para peserta bimtek bisa menjadi agen literasi di sekolah, komunitas, dan institusi masing-masing. Menularkan semangat membaca dan berpikir kritis, sekaligus menjadi garda depan dalam melawan hoaks dan literasi palsu.
Di saat banyak yang meragukan masa depan buku, Dispursip Palangka Raya justru menyalakan obor optimisme: selama manusia butuh berpikir dan merenung, buku tak akan pernah benar-benar mati.
(A1/Mc)