Jumat, 27 Juni 2025 08:56 WIB - Dilihat: 499
Palangka Raya — Seputarkalimantan.id
Angin malam di Kota Palangka Raya, Kamis (26/6/2025), membawa cahaya dari ribuan nyala obor yang berarak pelan di jantung kota. Bundaran Besar, yang sehari-hari dipenuhi lalu lintas dan debu kendaraan, malam itu menjelma menjadi lautan cahaya, gema shalawat, dan langkah penuh harap.
Ribuan warga dari berbagai penjuru kota datang tanpa dikomando. Ada remaja masjid dengan sarung dan peci, pelajar mengenakan seragam sekolah, para pengemudi ojek online yang berhenti sejenak dari roda ekonomi, hingga ibu-ibu yang menggandeng anaknya ikut berjalan. Semuanya membawa obor, dan mungkin juga doa-doa diam dalam hati.
Ini bukan sekadar tradisi. Ini adalah perayaan spiritual, di mana api bukan hanya nyala fisik, tapi simbol cahaya iman yang ingin terus dijaga.
Sebuah Awal yang Diberkahi
Gubernur Kalimantan Tengah, H. Agustiar Sabran, turun langsung melepas pawai, ditemani Kapolda Irjen Pol Iwan Kurniawan dan sejumlah tokoh daerah. Mereka berdiri menyaksikan gelombang manusia yang membawa harapan baru di malam 1 Muharram 1447 Hijriah.
Kapolda Kalteng melalui Kabidhumas Kombes Pol Erlan Munaji menyebut pawai ini sebagai momentum spiritual yang membangun kekuatan batin masyarakat.
“Di Tahun Baru Islam ini, kita tidak hanya mengenang hijrah Nabi, tapi juga diajak berhijrah secara moral menjadi lebih peduli, lebih toleran, dan lebih manusiawi,” katanya.
Ia juga mendoakan agar masyarakat Kalteng senantiasa berada dalam lindungan Tuhan dan mampu menjaga nilai-nilai kemanusiaan dalam kehidupan sosial.
“Tahun boleh berganti, tapi semangat untuk hidup dalam kebaikan harus terus menyala,” tambahnya.
Hijrah di Tengah Kota
Pawai obor ini bukan sekadar jalan-jalan malam. Ia adalah perjalanan simbolik hijrah dalam arti yang lebih luas. Dari gelap ke terang. Dari lalai ke sadar. Dari mementingkan diri sendiri ke arah saling menjaga.
Dan Palangka Raya malam itu seperti kota yang sedang berdoa. Tidak dengan mikrofon dan toa, tapi dengan langkah pelan, obor yang menyala, dan wajah-wajah yang tampak percaya pada harapan.
Bagi banyak warga, ini bukan rutinitas tahunan. Ini adalah pengingat bahwa dalam kehidupan yang kerap riuh dan cepat, masih ada waktu untuk berjalan pelan bersama cahaya, menyusuri makna tahun baru Islam yang sejati.
(A1)
Sumber : Hms Plsa kltg